Titik Luka


Orang bisa tidak mengerti mengapa kita seperti berlebihan merespon suatu hal. Itu karena mereka tidak mengalami sendiri sejarah yang kita lalui. Kita pun sering gagal menyampaikannya lantaran besarnya muatan emosi yang terjadi pada titik-titik tertentu di masa lalu.

Hal ini menambah keanehan yang dilihat oleh orang lain. Secara egoistik, dorongan kekanak-kanakan sering muncul dalam bentuk ingin dipahami oleh orang lain. Namun pemahaman tidaklah datang dengan sendirinya seandainya kita tidak menyampaikan dengan cukup jelas apa yang sedang terjadi. Situasi canggung kerap terjadi, dan kita semakin larut dalam pusaran rumit emosi kita sendiri.

Apa yang bisa dilakukan hanya tinggal menunggu turunnya tensi emosi dan kecanggungan dan berharap ia akan memicu salah satu pihak untuk mulai membuka diri dan berkata “we’ve got a situation here”. Atau lebih buruk lagi, “let bygones be bygones.”

Lalu apa titik luka kali ini?

Tolong jangan dukung anak untuk menyelisihi ayahnya sekalipun dimaksudkan secara tersembunyi karena itu menyakiti perasaan si ayah. Kalau memang ada hal yg tidak disepakati tetap sampaikan dulu kepada sang ayah untuk mempertimbangkan ulang keputusannya dan itu lebih elegan tanpa harus sembunyi². Tapi kalau sampai terang²an di depan sang ayah seperti apa yg pernah dirasakannya atas sikap ART saat di meja makan kala Covid lalu atau saat di pinggir kolam renang dulu, maka hal itu benar² penghinaan atas marwah sang ayah secara jelas di depan anak²nya. Tapi ingat, sekalipun dilakukan dengan halus dan tersembunyi sekalipun, tetaplah itu menciderai sosok sang ayah di mata anak²nya yang secara tidak langsung mengajarkan mereka untuk “melawan” secara halus dan diam-diam.

Kalau begitu, pelajaran apa yang sesungguhnya sedang kita ajarkan kepada anak²?

About achmadaidil

//pribadi yang menampakkan sebagian kecil jati dirinya dan menyimpan bagian terbesarnya untuk dieksplorasi dan dibentuk sepuasnya// Sms 08170223635, BB: 3268423B

Posted on April 8, 2023, in simple thought and tagged , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar